Rabu, 27 April 2016

Review Jurnal "Teknik Pemanfaatan Pasta Limbah Karagenan sebagai Pupuk"



TUGAS
“TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT



OLEH :



CHENDRYANA R HULISELAN
136 9115 007
MINAT: PERIKANAN



PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016

BAB I. PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan, dan kenyamanan hidup manusia (https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi). Tak dapat dimungkiri jika kemajuan teknologi masa kini berkembang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi-inovasi yang telah dibuat di dunia ini. Dalam bentuk yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional. Begitu pula teknologi diperlukan dalam proses pengolahan hasil laut. Setiap tahap-tahap menggunakan teknik-teknik khusus yang diperbarui zaman, dengan tujuan menghasilkan produk akhir yang lebih baik. Kemajuan teknologi dinilai juga dari bagaimana suatu produk hasil produksi terutama produk hasil laut diproduksi tanpa membawa dampak buruk, semisal meninggalkan limbah yang merugikan. Disini diterapkan teknologi untuk kembali mengolah limbah menjadi sesuatu yang menguntungkan.
Salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan kembali (setelah diolah) menjadi sebuah produk non-pangan yang menguntungkan adalah residu rumput laut sisa pembuatan karagenan, disebut juga residu karagenan. Karagenan sendiri merupakan produk perikanan yang dihasilkan dari rumput laut, yang berfungsi sebagai pengental, pembuat gel, penstabil, dan lain-lain, tetapi tidak memiliki nutrisi. Malah residunya yang memiliki nutrisi dibandingkan karagenannya sendiri. Hal ini dibuktikan pada jurnal penelitian “Pemanfaatan Pasta Limbah Karagenan dari Rumput Laut Euchema sp. Sebagai Pupuk pada Tanah Terdegradasi”. Awal mula penulis melakukan penelitian diawali dengan pengamatan pada tumpukan rumput laut di sekitar industri yang memanfaatkan sumber daya nabati laut tersebut. Tumpukan limbah rumput laut yang telah melapuk itu biasanya tumbuh gulma atau beraneka ragam tanaman. Sehingga limbah padat (ampas) tersebut diduga mengandung unsur hara makro dan mikro yang cukup lengkap. Limbah karagenan yang kaya unsur hara makro dan mikro tersebut diduga berpotensi sebagai pupuk yang dapat membantu proses pertumbuhan.
Jadi kemajuan teknologi bukan hanya dilihat dari bagaimana produk melalui teknik-teknik pengolahan yang tepat sehingga menghasilkan produk yang baik saja, tetapi bagaimana meminimalisisr limbah hasil produksi dengan diolah menjadi suatu produk lain yang menguntungkan. Salah satunya produk pupuk pasta limbah karagenan yang akan dibahas teknik-teknik pengolahannya lebih lanjut pada paper ini.   

B.     TUJUAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan masing tahapan-tahapan pengolahan suatu produk perikanan dalam hal ini khususnya limbah karagenan menjadi pupuk, dan menjelaskan fungsi dan teknologi dari masing-masing tahapan pengolahan.
C.    MANFAAT
Penulisan ini diharapkan memberikan manfaat sebagai sumber informasi kepada penulis, mahasiswa, dan semua orang tentang tahapan-tahapan pengolahan limbah karagenan dari yang tidak bergunan menjadi pupuk (sesuatu yang berguna lagi).


BAB II. PEMBAHASAN
Jurnal yang ditinjau dengan judul “Pemanfaatan Pasta Limbah Karagenan dari Rumput Laut Euchema sp. Sebagai Pupuk pada Tanah Terdegradasi” (Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, tahun 2012). Dengan penulis antara lain: Basuki Wasis, Pipih Suptijah, dan Putri Septembriani.
Tujun penelitian pada jurnal ini adalah:
-          Memanfaatkan limbah karagenan sebagai pupuk pasta organik;
-          Membuat pupuk pasta;
-          Menganalisis pengaruh penggunaan pupuk pasta limbah karagenan dalam meningkatkan pertumbuhan semai jabon pada tanah terdegradasi.
Berdasarkan jurnal pengolahan hasil perikanan ini, terdapat 2 tahapan penelitian, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
A.    Penelitian Pendahuluan
1.      Pembuatan Karagenan
Adapun prosedur pembuatan karagenan dimodifikasi dari penelitian Suryaningrum (2003), yaitu sebagai berikut:
Ø  Mencuci rumput laut Euchema sp. dengan air.
Tujuan utama mencuci rumput laut dengan air adalah untuk menghilangkan kotoran dan benda-benda yang menempel pada rumput laut. Selain itu perendaman dalam air dapat juga membantu melembutkan talus rumput laut, sehingga mempermudah proses ektraksi nanti.
Ø  Perendaman menggunakan NaOH 0,1% selama 24 jam
Tujuan perendaman dalam larutan NaOH agar membuat rumput laut menjadi lebih lunak sehingga meudahkan proses ekstraksi. Perendaman dalam larutan NaOH membantu mempercepat pemecahan dinding sel rumput laut. Selain itu perendaman dalam larutan NaOH dapat membantu meningkatkan kekuatan gel (Distantina dkk, 2008).
Ø  Pencucian dengan air
Pencucian dengan air kembali ini bertujuan untuk menghilangkan residu NaOH  serta menetralkan pH .
Ø  Diekstraksi menggunakan air (1:10) selama 2-4 jam pada suhu 95-100˚C
Ekstraksi menggunakan air berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa rendeman yang dihasilkan berada diantara ekstraksi menggunakan asam dan ekstraksi menggunakan basa (Metusalach dkk, 2014; Mappiratu, 2009; Distantina dkk, 2012);. Tetapi berdasrakan beberapa penelitian rendemen terbaik dihasilkan jika perbandingan antara rumput laut dan air 1 gr : 40-50 ml air.
Ekstrasi sendiri merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap 2 cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan pelarut organik lainnya. Jadi Ektraksi bertujuan untuk mengeluarkan gel yang terkandung dalam rumput laut. Ekstraksi terbaik berlangsung selama 2-4 jam, sebab proses ekstraksi lebih dari 2 jam tidak menghasilkan pertambahan rendemen karagenan yang signifikan (Mappiratu, 2009; Hudha dkk, 2012; Prasetyowati dkk, 2008). Suhu ekstraksi 95-100˚C merupakan suhu yang tepat untuk proses ekstraksi karagenan (Hudha dkk, 2012). Euchema sp. ada yang termasuk kappa dan iota karagenan yang larut dalam air panas. Kappa karagenan sendiri akan terputus pada larutan asam, asalkan sudah terbentuk gel setelah itu baru diasamkan tidak mengalami pemutusan (Kusumah, 2012).
Ø  Penyaringan dengan kain blacu
Penyaringan ini bertujuan memiahkan filtrat dengan residu. Filtrat ini yang kemudian diendapkan dengan bantuan senyawa alcohol sehinggan menghasilkan karagenan. Sedangkan residu inilah yang disebut Limbah Karagenan dan akan dimanfaatkan kembali sebagai pupuk pasta
Ø  Residu disimpan selama 1 hari dalam lemari pendingin
2.      Formulasi Pupuk Pasta
Residu hasil pembuatan karagenan dijadikan bahan baku dalam formulasi pupuk pasta. Tahapan pembuatan pupuk pasta sebagai berikut:
Ø  Limbah karagenan
Ø  Ditimbang sebanyak 1 kg
Banyaknya limbah yang digunakan diesuaikan dengan kebutuhan yang akan dipakai.
Ø  Pengovenan pada suhu 70-80˚C dibarengi dengan pengadukan setiap 30 menit selama 12 jam
Seperti pada proses pembuatan pupuk (kompos, dll), pemanasan hinggan pada suhu 70-80˚C bertujuan untuk membentuk limbah karagenan menjadi pupuk. Pada suhu ini bakteri thermofilik (bakteri yang tahan suhu tinggi) mengurai bahan-bahan organik aktif pada limbah karagenan dengan banuan oksigen menjadi CO2, uap air dan panas (https://id.wikipedia.org/wiki/Kompos). Pengadukan setiap 30 menit selama 12 jam agar proses penguraian berjalan merata.
Ø  Pupuk kompos dicampurkan dengan limbah karagenan
Formulasi pupuk kompos dan limbah karagenan ditentukan menurut peneliti
Ø  Dibungkus dalam alumunium foil
Bertujuan mencegah perubakan akibat pengaruh ekstrinsik
Ø  Disimpan selama 1 hari didalam lemari pendingin
Sebelum diaplikasikan sebaiknya didinginkan karena telah melalui proses pemanasan. Sebab pupuk yang baik digunakan adalah pupuk dingin
B.     Penelitian Utama
Penelitian utama yaitu mencari formulasi pupuk pasta limbah karagenan terbaik yang diaplikasikan pada semai jabon.
Tahapan penelitian utama sebagai berikut:
Ø  Penyiapan media tanam
Formulasi pupuk pasta dicampurkan dengan tanah  terdegradasi dan dimasukkan kedalam polybag. Kemudian didiamkan selama 1 minggu ddan ditanami benih
Ø  Penyapihan semai jabon
Semai jabon dilepas dari plastic media tanam, dan ditanam ke lahan
Ø  Pemeliharaan dan pengamatan semai jabon
Pemeliharaan dilakukan dengan menyiramnya setiap pagi dan sore hari di rumah kaca. Dan pengamatan dilakukan setiap satu minggu satu kali.
Dan kesimpulan dari jurnal hasil penelitian ini mengatakan bahwa limbah karagenan merupakan residu pengolaha karagenan yang mengandung unsur hara makro dan mikro yang cukup lengkap sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Penggunaan pupuk pasta limbah karagenan dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif semai jabon. Formulasi pupuk limbah karagenan 85% dan pupuk kompos 15% pada lahan terdegradasi merupakan komposisi terbaik meningkatkan pertumbuhan tanaman jabon.



DAFTAR PUSTAKA

Distantina Sperisa, Rachmawati Anggraeni Devinta, Eka Fitri Lidya. 2008.  Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Larutan Perendaman terhadap Kecepatan Ekstraksi dan Sifat Gel Agar-agar  dari Rumput Laut Gracilaria verrucosa . Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2, No. 1, 2008 , Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret . Surakarta
Distantina Sperisa, Rochmadi, Wiratni, Fahrurrozi Moh. 2012. Mekanisme Proses Tahap Ekstraksi Karagenan dari Eucheuma Cottonii Menggunakan Pelarut Alkali “The Mechanism Of Carrageenan Extraction From Eucheuma Cottonii Using Alkaline Solvent”. AGRITECH, Vol. 32, No. 4, NOVEMBER 2012
Hudha Mohammad Istnaeny, Sepdwiyanti Risa, Sari Suci Dian. Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) dengan Variasi Suhu Pelarut dan Waktu Operasi. Berkala Ilmiah Teknik Kimia Vol 1, N0 1, April 2012. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang. Malang.
Kusumah Slamet Hadi. 2011. Makalah Karagenan. Pendidikan Teknologi Agroindustri Fakultas Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Diakses dari https://ptagrinet.wordpress.com/2012/08/15/karagenan/.
Mappiratu. 2009. Kajian Teknologi Pengolahan Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma Cottonii Skala Rumah Tangga. Media Litbang Sulteng 2 (1) : 01 – 06, Oktober 2009.
Metusalach, Fahrul, Zainuddin. E, Kasmiati. 2014. Efektivitas Berbagai Pelarut dan Presipitan dalam Pengolahan Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii dan Karakteristik Karaginan yang Dihasilkan. Abstrak Penelitian Berbasis Kompetisi Internal, Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin.Makassar
Prasetyowati, Jasmine Corrine A., Agustiawan Devy. 2008. Pembuatan Tepung Karaginan dari Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Berdasarkan Perbedaan Metode Pengendapan. Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, April 2008. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.