Rabu, 17 Juli 2013

GERMANY

GERMANY
Das Lied der Deutschen
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Das Lied der Deutschen (berarti Nyanyian Bangsa Jerman) adalah lagu kebangsaan Republik Federal Jerman yang dipakai sejak berdirinya Republik Weimar (1922).
Lirik lagu ini diciptakan sebelum masa Revolusi Jerman 1848, yaitu pada tahun 1841 di Pulau Helgoland (saat itu dikuasai Inggris) oleh August Heinrich Hoffmann von Fallersleben untuk menyuarakan suasana hati masyarakat berbahasa Jerman saat itu mengenai suatu "tanah air" bersama yang tidak mereka miliki, karena pecahnya Kekaisaran Suci Romawi bangsa Jerman. (Vaterland, Jerman bukan kepulauan sehingga mengacu ke tanah, sementara di Indonesia tanah diasosiasikan ke perempuan: "ibu pertiwi"). Ia mengidamkan agar orang Jerman lebih mengutamakan Jerman bersatu di atas kerajaan-kerajaan dan berbagai kesatuan politik yang saling bersaing satu sama lain.[1] Bait (strofe) kedua dimaksudkan sebagai lagu pengantar minum bir.
Lirik ini dibuat untuk dimainkan pada alunan melodi ciptaan Joseph Haydn yang pertama kali dibuat pada tahun 1797 sebagai lagu penghormatan bagi Kaisar Franz II, kaisar Austria. Haydn kemudian memasukkan lagu ini sebagai bagian dari Kuartet Gesek No. 62 dalam C major, Op. 76, No. 3 karyanya.
Sejak berakhirnya Perang Dunia I, pemerintah Republik Weimar mengangkat lagu ini sebagai lagu kebangsaan. Pada saat itu, lagu ini populer dengan nama Deutschland über alles, mengambil baris pertama dari bait pertama liriknya. Arti dari ungkapan itu (yang berarti "Jerman di atas segalanya") sering disalahartikan sebagai keinginan untuk menguasai dunia, walaupun maksud sesungguhnya adalah untuk menunjukkan ada berbagai suku dan negara Jerman yang masih terpisah-pisah dan belum bersatu. Tetapi kesalahpahaman ini malah dieksploitasi oleh rezim Nazi Hitler sebagai pembenar politik ekspansinya.
Pada tahun 1952, melodi lagu ini kembali dipakai sebagai lagu kebangsaan Republik Federal Jerman (Jerman Barat) berdasarkan surat-menyurat antara Presiden Jerman Theodor Heuss dan Kanselir Jerman Konrad Adenauer, tetapi hanya bait ketiga yang dinyanyikan. Setelah penyatuan Jerman 1990, keputusan ini diperkuat oleh Presiden Richard von Weiszacker dan Kanselir Helmut Kohl sebagai lagu kebangsaan Republik
Federal Jerman (Jerman bersatu). Secara resmi, Lagu Kebangsaan Jerman hanyalah bait (strofe) ketiga dari keseluruhan naskah lagu ini.


1. Strophe
Deutschland, Deutschland über alles,
Über alles in der Welt,
Wenn es stets zum Schutz und Trutze
Brüderlich zusammenhält,
Von der Maas bis an die Memel,
Von der Etsch bis an den Belt -
Deutschland, Deutschland über alles,
Über alles in der Welt!
2. Strophe
Deutsche Frauen, deutsche Treue,
Deutscher Wein und deutscher Sang
Sollen in der Welt behalten
Ihren alten schönen Klang,
Uns zu edler Tat begeistern
Unser ganzes Leben lang -
Deutsche Frauen, deutsche Treue,
Deutscher Wein und deutscher Sang!
3. Strophe
Einigkeit und Recht und Freiheit
für das deutsche Vaterland!
Danach laßt uns alle streben
brüderlich mit Herz und Hand!
Einigkeit und Recht und Freiheit
sind des Glükkes Unterpfand.
Blüh im Glanze dieses Glükkes,
blühe, deutsches Vaterland!
Catatan: 'Glükkes' sekarang dieja sebagai 'Glückes'
Bait I
Jerman, Jerman di atas segalanya,
segala yang ada di dunia,
Apabila tiba masanya, untuk berlindung dan bertahan,
Persaudaraan kita tegakkan bersama.
Dari
Maas hingga Memel,
Dari
Etsch hingga ke Belt,[2]
Jerman, Jerman di atas segalanya,
Segala yang ada di dunia
Bait II
Perempuan Jerman, pengabdi Jerman,
Anggur Jerman dan lagu Jerman
Akan bertahan di dunia
(Bersama) suara abadinya yang indah
Dan membawa kita pada tindakan mulia
Sepanjang hayat di badan.
Perempuan Jerman, pengabdi Jerman,
Anggur Jerman dan lagu Jerman

Bait III
Persatuan dan keadilan dan kebebasan
bagi tanah air Jerman!
Maka marilah kita berjuang
bergotong-royong dengan hati dan lengan!
[3]
Persatuan dan Keadilan dan Kebebasan
adalah tuntutan dari kebahagiaan (maksudnya 'kesejahteraan').
Mekarlah dalam gemilangnya kebahagiaan ini,
Mekarlah, wahai tanah air Jerman!


KARYA TULIS ILMIAH
“KARAGENAN”


Unpatti3.jpg

OLEH :

CHENDRYANA R HULISELAN
2010-67-003
THP



FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut, yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber hayati, dan lingkungannya potensial yang hingga kini belum dieksploitasi secara maksimal. Daerah perairan Indonesia yang cukup luas, dengan panjang pantai kurang lebih 81.000 km merupakan wilayah pantai yang subur dan dapat dimanfaatkan bagi kepentingan perikanan.
Salah satu kekayaan laut yang dimiliki adalah rumput laut yang tumbuh di sepanjang pesisir pantai di Indonesia. Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang memiliki nilai ekonomis cukup penting dan pembudidayaannya semakin berkembang dan banyak diminati masyarakat. Rumput laut mempunyai nilai ekonomis penting karena memiliki kandungan karaginan yang tinggi. Dalam dunia industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat, karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, makanan dan lain-lain. Jenis rumput laut yang ada di Perairan Indonesia diperkirakan mencapai 555 jenis, 55 jenis diantaranya memiliki nilai ekonomis tinggi.
Budidaya rumput laut merupakan salah satu jenis budidaya di bidang perikanan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan di wilayah perairan Indonesia. Budidaya rumput laut memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan produksi perikanan untuk memnuhi kebutuhan pangan dan gizi serta memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri, memperluas kesempatan kerja, meningkakan pendapatan dan kesejahteraan nelayan dan petani ikan serta menjaga kelestarian sumber daya hayati perairan (Aslan, 1998).
Pemanfaatan rumput laut telah meluas di berbagai bidang, seperti bidang pertanian, peternakan, kedokteran, farmasi, dan bidang industri lainnya. Tampak jelas bahwa rumput laut berprospek cerah sebagai suatu komoditi perdagangan.
B.     TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan tentang karagenan (pengertian, jenis,manfaat, serta proses ekstraksinya).
.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Yang dimaksud sebagai gulma laut adalah anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga ("ganggang"). Sumber daya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang.
Rumput laut dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian dari tanaman laut. namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa latin yaitu algor yang berarti dingin. Ganggang laut adalah tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang, dan daun. Meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya merupakan bentuk thallus belaka. Bentuk thallus ganggang laut bermacam – macam, ada yang bulat seperti tabung, kantung, rambut, dan sebagainya.
 Rumput laut merupakan ganggang yang hidup di laut dan tergolong dalam divisio thallophyta. Keseluruhan dari tanaman ini merupakan batang yang dikenal dengan sebutan thallus, bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler).
Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan mentah, seperti agar – agar, karaginan dan algin. Produksi rumput laut Indonesia sebagaian besar di ekspor dalam bentuk kering dan sebagian lagi dikonsumsi untuk keperluan perusahaan agar-agar atau dikonsumsi langsung oleh masyarakat sebagai sayuran.
A.    Klasifikasi
Secara taksonomi rumput laut dikelompokkan ke dalam divisio Thallophyta (Rhodophyta, Phaeophyta dan Chlorophyta) yang terdiri dari 4 kelas berdasarkan kandungan pigmennya yakni:
o   Rhodophyceae (ganggang merah),
o   Phaeophyceae (ganggang coklat),
o   Chlorophyceae (ganggang hijau), dan
o   Myxophyceae atau Cyanophyceae (ganggang biru-hijau).
Dalam ilmu taksonomi, klasifikasi rumput laut merah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Class : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieraciae
Genus : Euchema
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPKkgundO-wWtHKodDB68zowqmMqGZtZR_MatXH7trbU6RgMmfPN5jI1TfzmESEo9y_-iQ6uPf2ljjVSjKxIzSK0NHhQAkIVvNTvLQ9wdMWrTtB7eP5BVtNkLP5cAH4ywUtZJwLTQJ5AC4/s400/cottonii.jpg
Eucheuma Cottonii


B.     Morfologi Rumput Laut
Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuh melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Bentuk thallus ini beragam, ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, atau ada juga yang seperti rambut. Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan diri pada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Selain benda mati, rumput lautpun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik.

Alga Merah (Rhodophyceae), memiliki ciri – ciri umum sebagai berikut :
o   Thalli (kerangka tubuh tanaman) bulat silindris atau gepeng
o   Berwarna merah, merah – coklat, hijau – kuning
o   Bercabang selang – seling tidak teratur di atau tricotomus
o   Memiliki benjolan (bulat nodule) dan duri – duri atau spines
o   Substansi thalli gelatinous dan atau kartilagenous

Alga pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak. Alga dari divisi ini memilki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru), bersifat adaptasi kromatik, yaitu memilki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli, seperti merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning, dan hijau. Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran, dan selaran.

Rumput laut atau alga merah (Rhodophyceae) memiliki ciri utama thalli atau kerangka tubuh yang berbentuk bulat silindris atau bahkan gepeng. Warna yang dominan adalah merah, tetapi pada jenis tertentu kita bisa menemukan Rhodophyceae dengan warna merah kecoklatan dan hijau kekuningan. Cabang pada rumput laut merah saling menyilang secara tidak teratur atau biasa dikenal dengan istilah tricotomus. Cabang tersebut juga memiliki benjolan dan duri-duri spines. Contoh : Euchema cottoni    


C.    Komposisi Kimia Rumput Laut

Komposisi kimia rumput laut bervariasi antar individu, spesies, habitat,kematangan dan kondisi lingkungannya. Kandungan rumput laut segar adalah air yang mencapai 80-90 %, sedangkan kadar protein dan lemaknya sangat kecil. Walaupun kadar lemak rumput laut sangat rendah, tetapi susunan asam lemaknya 6 sangat penting bagi kesehatan. Lemak rumput laut mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6 dalam jumlah yang cukup tinggi. Kedua asam lemak ini merupakan asam lemak yang penting bagi tubuh, terutama sebagai pembentuk membran jaringan otak, syaraf, retina mata, plasma darah dan organ reproduksi. Dalam 100 gram rumput laut kering mengandung asam lemak omega-3 berkisar 128-1.629 mg dan asam lemak omega-6 berkisar 188-1.704 mg.

Tabel 1. Komposisi kimia rumput laut Kappaphycus alvarezii
Bahan Kimia
Komposisi
Air
Protein
Lemak
Abu
Serat makanan tidak larut
Serat makanan larut
Total serat makanan
Mineral Zn
Mineral Mg
Mineral Ca
Mineral K
Mineral Na
83,3 (%)
0,7 (%)
0,2 (%)
3,4 (%)
58,6 (%)
10,7 (%)
69,3 (%)
0,01 (mg/g)
2,88 (mg/g)
2,80 (mg/g)
87,10 (mg/g)
11,93 (mg/g)

Rumput laut mengandung berbagai jenis mineral makro dan mikro dalam perbandingan yang baik untuk nutrisi. Winarno (1990) menyatakan bahwa kandungan gizi terpenting dari rumput laut terletak pada trace element terutama iodium. Sumbangan gizi yang cukup bermakna dari rumput laut, terutama dari jenis merah dan coklat, adalah kandungan mineral (trace element), seperti K, Ca, P, Na, Fe dan Iodium

D.    Siklus Hidup dan Repoduksi Rumput Laut

Reproduksi Rumput Laut menurut dibedakan menjadi 3 pola, yaitu :
a)    Reproduksi generatif (seksual) dengan gametAda tiga tipe daur hidup dalam reproduksi seksual algae, yaitu :
·         Haplobantik, yaitu hanya ada satu individu kehidupan bebas (satu frase) yang terlibat dalam daur hidup. Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai Haplobantik haploid disingkat Hh. Dalam hal ini kromosom pada individu tersebut adalah haploid. Reproduksi semacam ini banyak terdapat pada algae hijau.
·         Haplobiontik diploid, disingkat Hd. Dalam hal ini individu yang melakukan daur hidup adalah diploid. Meiosis terjadi pada gamet (gametik meiosis) yang berkembang menjadi individu dewasa. Tipe reproduksi semacam ini banyak terdapat pada alga hijau yang menyerupai sifon dan pada algae coklat.
·         Diplobiontik, disingkat D, h + d. Dalam proses pembiakan terdapat dua individu (fase) yang terlibat dalam daur hidup yaitu gametophyt (gametofit) haploid yang menghasilkan gamet dan sporophyte (sporofit) diploid yang menghasilkan spora. Tipe reproduksi semacam ini umumnya terdapat pada algae hijau, coklat dan merah.

b)    Reproduksi vegetatif (aseksual) dengan spora
Pada algae, reproduksi aseksual berupa pembentukan suatu individu baru melalui perkembangan spora, pembelahan sel dan fragmentasi. Pembiakan dengan spora berupa pembentukan gametofit dari tetraspora yang dihasilkan dari tetrasporofit. Tipe pembiakan ini umumnya terdapat pada algae merah.

c)    Reproduksi fragmentasi dengan potongan thallus (stek)

Dalam usaha budidaya rumput laut, misalnya marga Eucheuma dan Gracilaria, umumnya dilakukan dengan penyetekan (pemotongan thalli) sebagai bibit untuk dikembangbiakan secara produktif. Dalam hal ini, dari rumpunan thalli algae dibuat potongan-potongan dengan ukuran tertentu untuk dijadikan bibit

E.     Habitat Rumput Laut

Pertumbuhan/Penyebaran dipengaruhi oleh toleransi fisiologi biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor lingkungan seperti; substrat, salinitas, temperatur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi.Tumbuh di perairan dangkal sebatas masih menerima cahaya matahariBersifat benthic melekatkan diri (Thallus) pada substrat pasir, karang, fragmen karang mati dll. Sebaran rumput laut yang tumbuh alami (Wild Stock) terdapat di hampir seluruh perairan laut Indonesia yang memiliki rataan terumbu karang.

F.      Wilayah Sebaran Rumput Laut di Indonesia.

Rumput laut alam biasanya dapat hidup diatas  substrat pasir dan karangmati. Di beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, gulma lautbanyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak.  Di pantai selatan  Jawa Barat dan Banten misalnya, rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, gulma laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai  pesisir Sumatera utara dan Aceh/Nanggroe Aceh Darussalam.

Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis gulma laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis gulma laut yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah Euchema cottonii   dan Gracilaria spp. Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya gulma laut ini di antaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Sulawesi,  Maluku Pulau Lombok  dan Papua.

Wilayah sebaran jenis rumput laut ekonomis penting di Indonesia, tersebar diseluruh kepulauan. Untuk rumput laut yang tumbuh alami ( wild stock) terdapat di hampir  seluruh perairan dangkal Laut Indonesia yang mempunyai rataan terumbu karang. Sedangkan sebaran rumput laut komersial  yang dibudidayakan hanya terbatas jenis  Eucheuma  dan Glacelaria.  Jenis Eucheuma dibudidayakan di laut agak jauh dari sumber air tawar, sedang  Glacelaria  dapat dibudidayakan dilaut dekat dengan muara sungai karena untuk jenis ini salinitas yang sesuai berkisar antara 15 – 25 per mil.   Lokasi budidaya Eucheuma  tersebar diperairan pantai di beberapa Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampug selatan, Pulau Panjang (Banten) Pulau Seribu, Karimun Jawa ( Jawa tengah) Selatan Madura, Nusa dua,Nusa Lembongan dan Nusa Penida (Bali) , Lombok barat, Lombok tengah  (Teluk Ekas) Sumbawa, Larantuka Teluk Maoumere, Sumba, Alor, Kupang, P Rote, Sulawesi utara,  Gorontalo, Bualemo, Bone Bolango, Samaringa (Sulawesi tengah) Sulawesi tenggara, Jeneponto, Takalar, Selayar, Sinjai dan Pangkep ( Sulawesi selatan); Seram Ambon, dan Aru (Maluku), Biak serta Sorong. Sementara untuk budidaya Glacelaria dalam tambak tersebar luas di daerah daerah serang (Banten) Pantai Utara Jawa  (Bekasi, Karawang, Subang Cirebon, Indramayu  Pemalang, Brebes,   dan Tegal). Sebagian pantai utara Jawa timur ( Lamongan dan Sidoarjo) untuk daerah di luar pulau Jawa hampir di semua perairan tambak Sulawesi selatan dan Lombok barat serta Sumbawa.




BAB III
ISI

PENGERTIAN KARAGENAN
Karagenan adalah senyawa yang diekstraksi dari rumput laut dari Famili Rhodophyceae seperti Euchema spinosum dan Euchema cottonii yang terdiri dari rantai poliglikan bersulfat dengan massa molekuler (Mr) kurang lebih di atas 100.000 serta bersifat hidrokoloid
Karagenan tidak mempunyai nilai nutrisi. Sebagian besar karagenan mengandung natrium, magnesium, dan kalsium yang dapat terikat pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa. Karagenan banyak digunakan pada sediaan makanan, sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel, pengental atau penstabil.
Karagenan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida galaktosa hasil ekstraksi dari rumput laut. Karagenan diperoleh melalui ekstraksi dari rumput laut yang dilarutkan dalam air atau larutan basa kemudian diendapkan menggunakan alkohol atau KCl. Alkohol yang digunakan terbatas pada metanol, etanol, dan isopropanol. Karagenan dapat digunakan pada makanan hingga konsentrasi 1500mg/kg.
Karagenan dapat diekstraksi dari protein dan lignin rumput laut dan dapat digunakan dalam industri pangan karena karakteristiknya yang dapat berbentuk geli, bersifat mengentalkan, dan menstabilkan material utamanya. Karagenan sendiri tidak dapat dimakan oleh manusia dan tidak memiliki nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, karagenan hanya digunakan dalam industri pangan karena fungsi karakteristiknya yang dapat digunakan untuk mengendalikan kandungan air dalam bahan pangan utamanya, mengendalikan tekstur, dan menstabilkan makanan.
JENIS-JENIS
·         Iota karagenan (ι-karagenan) adalah jenis yang paling sedikit jumlahnya di alam, dapat ditemukan di Euchema spinosum (rumput laut) dan merupakan karagenan yang paling stabil pada larutan asam serta membentuk gel yang kuat pada larutan yang mengandung garam kalsium. Karagenan tipe iota mengandung gugus 4-sulfate ester dalam semua gugus D-galaktose dan gugus 2-sulfate ester dalam 3,6 anhydro-D-galaktose. Ketidakberaturan gugus 6-sulfate ester menggantikan gugus ester 4-sulfate dalam D-galaktose. Gugus ini dapat digantikan dengan pengolahan dalam kondisi basa untuk meningkatkan kekuatan gel.
·         Kappa karagenan (κ-karagenan) merupakan jenis yang paling banya terdapat di alam (menyusun 60% dari karagenan pada Chondrus crispus dan mendominasi pada Euchema cottonii). Karagenan jenis iniakan terputus pda larutan asam, namun setelah gel terbentuk, kargenan ini akan resisten terhadap degradasi. Kappa karagenan membentuk gel yang kuat pada larutan yang mengandung garam kalium. Karagenan kappa memiliki struktur D-galaktose dan beberapa gugus 2-sulfate ester pada  3,6 anhydro-D-galaktose yang ditunjukan gambar. Gugus  6-sulfate ester mengurangi daya kekuatan geli  namun dapat mengurangi  loss akibat pengolahan dengan menggunakan basa.hal ini akan memberikan keteraturan rantai yang lebih baik.
·         Lambda karagenan (λ-karagenan) adalah jenis karagenan kedua terbanyak di alam serta merupakan komponen utama pada Gigartina acicularis dan Gigatina pistillata dan menyusun 40% dari karagenan pada Chondrus crispus. Selain itu, lambda karagenan adalah yang kedua paling stabil setelah iota karagenan pada larutan asam, namun pada larutan garam, karagenan ini tidak larut. Karagenan tipe lambda mengandung residu disulfated-D-galaktose yang tidak mengandung gugus ester  4-sulfate namun sejumlah gugus ester 2-sulfate.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/ab/Moleculare_structure_of_different_carrageenan_types.svg/400px-Moleculare_structure_of_different_carrageenan_types.svg.png
Struktur molekuler dari berbagai jenis karagenan.
CIRI-CIRI KARAGENAN
a.       Iota karagenan
  1. Larutan memperlihatkan karakteristik thiksotropik
  2. Larut dalam air panas, Natrium karagenan iota larut dalam air dingin dan air panas.
  3. Penambahan ion kalsium akan menyebabkan pembentukan gel tahan lama, elastic, dan meningkatkan temperatur pembentukan gel dan pelelehan.
  4. Gel bersifat elastic, membentuk heliks dengan ion Kalsium.
  5. Gel bening
  6. Stabil dalam keadaan dingin
  7. Tidak dapat larut dalam sebagian besar pelarut organic
  8. Diperkirakan mengandung  32% ester sulfat dan 30% 3,6-AG
  9. Penggunaan konsentrasi 0.02-2.0%
b.      Kappa karagenan
  1. Larut dalam air panas
  2. Penambahan ion Kalium menyebabkan pembentukan gel yang tahan lama, namun rapuh, serta manambah temperatur pembnetukan gel dan pelelehan.
  3. Kuat, gel padat, beberapa ikatan dengan ion K+ dan Ca++ menyebabkan bentuk helik terkumpul, dan gel menjadi rapuh
  4. Gel berwarna transparan
  5. Diperkirakan terdapat 25% ester sulfat dan 34% 3,6-AG
  6. Sesuai dengan pelarut yang dapat bercampur dengan air
  7. Tidak dapat larut dalam sebagian besar pelarut organic
  8. Penggunaan konsentrasi 0.02-2.0%
c.       Lambda karagenan
  1. Aliran bebas, larutan pseudo-plastik non-gel dalam air
  2. Larut sebagian dalam air dingin, dan larut dengan baik dalam air panas.
  3. Tidak terbentuk gel, rantai polimer terdistribusi acak
  4. Kekentalan bervariasi dari kekenatalan rendah hingga tinggi
  5. Penambahan kation memberikan efek  yang kecil terhadap viskositas.
  6. Sesuai untuk pelarut yang dapat bercampur dengan air
  7. Tidak dapat larut dalam sebagian besar pelarut organic
  8. Stabil dalam berbagai variasi temperatur, termasuk temperatur pembekuan
  9. Larut dalam larutan garam 5%, baik dingin maupun panas
  10. Diperkirakan mengandung  35% ester sulfat dan sedikit atau bahkan tidak mengandung 30% 3,6-AG sama sekali
  11. Penggunaan konsentrasi 0.1-1.0%

MANFAAT  DAN APLIKASI KARAGENAN
Pembuatan Karagenan dimanfaatkan untuk digunakan dalam berbagai bidang industri seperti dalam industri makanan (es krim dan sherbers, flavor, meat product, pasta ikan, produk saus), industri pengolahan limbah, bioteknologi, kosmetik, tekstil, industry sutera dan lain-lain. Selain itu juga diupayakan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat akan lingkungan dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dimasa yang akan datang. Pada produk makanan, karaginan berfungsi sebagai stabilator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi,dll.
Selain insutri makanan diatas, karagenan juga telah diformulasikan khusus untuk berbagai aplikasi makanan, misalnya :
-          Karagenan untuk nugget
Untuk produk tersebut karagenan berfungsi untuk pengenyal dan pembentuk tektur (lentur). Penggunaann 1-2 % dari berat total adonan.
-          Karagenan untuk roti-biskuit-cake-kue kering.
Untuk produk roti, biskuit, cake dan kue kering, karagenan berfungsi sebagai pengembang dan pelembut. Penggunaanya 10% dari berat tepung yang digunakan, dicampur bersama tepung.
-          Karagenan untuk chese stick, krupuk dan gorengan lainnya.
Untuk Chese stick, krupuk dan gorengan, karagenan berfungsi sebagai perenyah dan membuat minyak lebih bersih. Penggunaanya 10% dari tepung yang digunakan.
-          Karagenan untuk caos tomat, kecap dan sambal.
Karagenan berfungsi untuk pengental dan penstabil adonan. Penggunaannya 0.1 - 0.5% dari berat total adonan
-          Karagenan untuk dodol
Penggunaan karagenan 1 - 2% dari adonan
-          Karagenan untuk Mash mallow, buah kering (manisan, buahnya dihancurkan), selai buah.
Karagenan berfungsi untuk pembentuk tekstur (melenturkan) dna penambah serat. Penggunaan karagenan  1 - 3 % dari berat total adonan, dilarutkan dalam air dingin sedikit dan dicampur pada adonan  buah diaduk sampai masak.
-          Karagenan untuk Gelly
Karagenan penggunaanya 2 -3 % tergantung kekenyalan yang diinginkan. Cara pakai : karagenan dilarutkan dalam air dingin, dipanaskan sampai mendidih, ditambah susu, sari buah, dll sesuai rasa yang diinginkan.
-          Karagenan untuk mie
Fungsi membuat mie lebih lentur tidak mudah patah. Cara pakainya tambahkan 1 % dari berat total adonan mie, campurkan dengan tepung.
-          Karagenan untuk es krim, coklat, youghurt
Karagenan berfungsi : Mencegah terjadinya pembentukan kristal es pada es krim, pelembut, meningkatkan konsistensi, penstabil emulsi susu dan air. Penggunaannya cukup 1 - 2 gram karagenan untuk 1 liter adonan susu. Cara pakai : Karagenan dicampur dengan adonan susu ketika masih dingin. Adonan dipanaskan 70 derajad celcius. Kalau adonan dalam bentuk bubuk, karagenan di campur pada bubuk adonan tersebut. Selebihnya mengikuti prosedur pembuatan es krim.
-          Penggunaan karagenan sebagai penstabil terhadap kondisi fisik dan pengaruh cita rasa pada es krim (Suherman, 2012).

SIFAT DAN KARAKTERISTIK KARAGENAN

Karagenan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut merah dari jenis Chondrus, Euchema, Gigartina, Hypnea, Iradea dan Phyllophora. Karagenan dibedakan dengan agar berdasarkan kandungan sulfatnya . Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida Rhodophyceae, polisakarida tersebut harus mengandung 20% sulfat berdasarkan berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karagenan (FAO 2007 dalam Anonymous 2012).
Karagenan bukan biopolimer tunggal, tetapi campuran dari galaktan-galaktan linear yang mengandung sulfat dan larut dalam air. Galaktan-galaktan tersebut terhubung oleh 3-β-D-galaktopiranosa (G-units) dan 4-α-D-galktopiranosa (D-units) atau 4-3,6-anhidrogalaktosa (DA-units), membentuk unit pengulangan disakarida dari karagenan. Galaktan yang mengandung sulfat diklasifikasikan berdasarkan adanya 3,6-anhidrogalaktosa serta posisi dan jumlah golongan sulfat pada strukturnya (Imeson 2010). Kappa karagenan tersusun dari α(1,3)-D-galaktosa-4-sulfat dan β(1,4)-3,6-anhidro-D-galaktosa. Karagenan juga mengandung D-galaktosa-2-sulfat ester (Hall 2009 dalam Anonymous 2012).
Karagenan komersil memiliki kandungan sulfat 22-38% (w/w). Karagenan dijual dalam bentuk bubuk, warnanya bervariasi dari putih sampai kecoklatan bergantung dari bahan mentah dan proses yang digunakan. Karagenan yang umumnya ada di pasaran terdiri atas 2 tipe, yaitu refined karagenan dan semirefined karagenan. Semirefined karagenan dibuat dari spesies rumput laut Euchema yang banyak terdapat di Indonesia dan Filipina. Semirefined karagenan mengandung lebih banyak bahan yang tidak larut asam (8-15%) dibandingkan refined karagenan (2%).
v  Kelarutan
Kelarutan karagenan dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tipe karagenan, temperatur, pH, kehadiran jenis ion tandingan dan zat-zat terlarut lainnya. Gugus hidroksil dan sulfat pada karagenan bersifat hidrofilik sedangkan gugus 3,6-anhidro-D-galaktosa lebih hidrofobik. Lambda karagenan mudah larut pada semua kondisi karena tidak memiliki unit 3,6-anhidro-D-galaktosa dan mengandung gugus sulfat yang tinggi. Karagenan jenis iota bersifat lebih hidrofilik karena adanya gugus 2-sulfat yang dapat menetralkan 3,6-anhidro-D-galaktosa yang bersifat kurang hidrofilik. Karagenan jenis kappa kurang hidrofilik karena lebih banyak memiliki gugus 3,6-anhidro-D-galaktosa (Imeson 2010).
Semua jenis karagenan memiliki kelarutan yang baik di dalam air panas. Namun, hanya jenis lambda dan larutan garam Natrium karagenan kappa dan iota dapat larut dalam air dingin. Karagenan lambda membentuk larutan kental dengan karakteristik pseudoplastik ketika dipompa atau diaduk. Dengan kelarutan seperti itu, larutan-larutan karagenan tersebut memiliki kemampuan untuk mengentalkan dan memberikan tekstur krimi. Temperatur merupakan factor yang cukup penting dalam penggunaan karagenan dalam system pangan. Semua jenis hidrat karagenan pada temperatur tinggi, karagenan jenis iota dan jenis kappa memiliki kekentalan yang cukup rendah.
Karakteristik daya larut karagenan juga dipengaruhi oleh bentuk garam dari gugus ester sulfatnya. Jenis sodium umumnya lebih mudah larut, sementara jenis potasium lebih sukar larut. Karagenan memiliki kemampuan membentuk gel pada saat larutan panas menjadi dingin. Proses pembentukan gel bersifat thermoreversible, artinya gel dapat mencair pada saat pemanasan dan membentuk gel kembali pada saat pendinginan (Gliksman 1983; Imeson 2000).
v  Kestabilan Asam
Karagenan dalam larutan memiliki stabilitas maksimum pada pH 9 dan akan terhidrolisis pada pH dibawah 3,5. Kondisi proses produksi karagenan dapat dipertahankan pada pH 6 atau lebih. Larutan karagenan akan kehilangan karakteristik gel dan kekentalannya dalam system dengan nilai pH di bawah 4.3. Penyebabnya adalah pada proses autohidrolisis karagenan yang terjadi pada pH rendah yang membentuk ikatan 3,6-anhydrogalaktosa. Laju autohidrolisis bertambah pada kenaikan temperatur dan konsentrasi kation yang rendah. Penurunan pH menyebabkan terjadinya hidrolisis dari ikatan glikosidik yang mengakibatkan kehilangan viskositas. Hidrolisis dipengaruhi oleh pH, temperatur dan waktu. Untuk mencegah terjadinya autohidrolisis, karagenan didinginkan pada temperatur yang lebih rendah daripada temperatur pembentukan gel. Dalam produk yang bersifat asam, karagenan ditambahkan pada bagian akhir proses untuk mencegah degradasi kelebihan asam, dan jika mungkin, asam ditambahkan segera sebelum dilakukan pengisian oleh karagenan untuk mencegah penguraian polimer. Waktu pembentukan gel akan bergantung pada konsentrasi karagenan dan bahan penyusun pangan lainnya seperti garam dan gula. Dalam proses kontinu, waktu pemrosesan dijaga minimum. Dalam system dengan pH 4.5, kondisi proses menjadi irelevan untuk larutan karagenan menjadi stabil untuk berbagai waktu pemrosesan sebagian besar makanan utama.
v  Karakteristik Gel
Pembentukan gel adalah suatu fenomena penggabungan atau pengikatan silang rantai-rantai polimer sehingga terbentuk suatu jala tiga dimensi bersambungan. Selanjutnya jala ini menangkap atau mengimobilisasikan air didalamnya dan membentuk struktur yang kuat dan kaku. Sifat pembentukan gel ini beragam dari satu jenis hidrokoloid ke jenis lain, tergantung pada jenisnya. Gel mempunyai sifat seperti padatan, khususnya sifat elastis dan kekakuan.
Larutan panas karagenan iota dan kappa akan mulai membentuk gel ketika system tersebut didinginkan pada temperatur 40 and 60ºC bergantung pada kehadiran kation. Gel karagenan bersifat reversible dan memperlihatkan efek histerisis atau perbedaan antara temperatur penentuan gelling dengan melting. Gel tersebut stabil pada temperatur ruangan namun dapat meleleh kmbali dengan pemanasan 5–20ºC di atas temperatur pembentukan gel. Dengan  pendinginan gel kembali akan membentuk gel. Komposisi ionic dari system pangan adalah penting untuk utilisasi karagenan. Misalnya, karagenan kappa lebih memilih ion kalium untuk menstabilkan zona sambungan  yang melingkupi karakteristik kekokohan gel sebagai gel yang sedikit rapuh. Karagenan iota memilih ion kalsium untuk menjembatani rantai untuk memberikan pengaruh gel yang lembut elastic.
Kappa-karagenan dan iota-karagenan merupakan fraksi yang mampu membentuk gel dalam air. Karagenan memiliki kemampuan membentuk gel pada saat larutan panas menjadi dingin. Proses pembentukan gel bersifat thermoreversible, artinya gel dapat mencair pada saat pemanasan dan membentuk gel kembali pada saat pendinginan.
Proses pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer karagenan dalam larutan menjadi random coil (acak). Bila suhu diturunkan, maka polimer akan membentuk struktur double helix (pilinan ganda) dan apabila penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat silang secara kuat dan dengan makin bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk agregat yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya gel yang kuat. Jika diteruskan, ada kemungkinan proses pembentukan agregat terus terjadi dan gel akan mengerut sambil melepaskan air. Proses terakhir ini disebut sineresis.
Kemampuan pembentukan gel pada kappa dan iota karagenan terjadi pada saat larutan panas yang dibiarkan menjadi dingin karena mengandung gugus 3,6 -anhidrogalaktosa. Adanya perbedaan jumlah, tipe dan posisi gugus sulfat akan mempengaruhi proses pembentukan gel. Kappa karagenan dan iota karagenan akan membentuk gel hanya dengan adanya kation-kation tertentu seperti K+, Rb+ dan Cs+. Potensi membentuk gel dan viskositas larutan karagenan akan menurun dengan menurunnya pH, karena ion H+ membantu proses hidrolisis ikatan glikosidik pada molekul karagenan. Konsistensi gel dipengaruhi beberapa faktor antara lain: jenis dan tipe karagenan, konsistensi, adanya ion-ion serta pelarut yang menghambat pembentukan hidrokoloid.
v  Sinergisasi dengan bahan Pengental dan Stabilizer Lainnya
Locust Bean Gum (LBG) adalah senyawa jenis galactomannan dengan level substitusi dari satu bagian mannose menjadi 4 unit galaktosa. Area bebas mannose dalam LBG dapat berasosiasi  dengan struktur helik karagenan dimer untuk membentuk gel. Larutan Panas karagenan kappa dengan LBG akan membentuk gel yang kuat dan elastic dengan sineresis rendah ketika didinginkan pada temperatur di bawah 50–60ºC. interaksi maksimum terjadi pada perbandingan penggunaan karagenan kappa terhadap LBG adalah 60:40 dan 40:60. Interaski ini ditunjukan oleh gambar. Kombinasi kedua polimer tersebut sangat sering digunakan dalam industri pangan sebagai stabilizer. Interaksi sinergisasi karagenan yang paling diketahui adalah dengan protein susu. Proses ini sering ditemukan dalam proses pembuatan es krim. Dalam aplikasi karagenan dalam protein susu, karagenan kappa akan membentuk gel lemah dalam fasa larutan dan kemudian berinteraksi secara positif dengan ion asam amino dalam protein pada permukaan misel kasein.
Pada konsentrasi rendah sekitar  150-250 ppm, karagenan kappa sudah dapat mencukupi kebutuhan stabilisasi es krim dengan kandungan protein susu, dan menjaga kualitas komposisi produk selama proses pembuatan dan selama masa penyimpanan. Dalam industri cokelat susu, juga hanya dibutuhkan kadar karagenan yang rendah untuk proses stabilisasi suspensi produk.
v  Viskositas
Viskositas adalah daya aliran molekul dalam sistem larutan. Viskositas suatu hidrokoloid dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi karagenan, temperatur, jenis karagenan, berat molekul dan adanya molekul-molekul lain. Jika konsentrasi karagenan meningkat maka viskositasnya akan meningkat secara logaritmik. Viskositas larutan karagenan terutama disebabkan oleh sifat karagenan sebagai polielektrolit. Gaya tolakan (repulsion) antar muatan-muatan negatif sepanjang rantai polimer yaitu gugus sulfat, mengakibatkan rantai molekul menegang. Karena sifat hidrofiliknya, polimer tersebut dikelilingi oleh molekul-molekul air yang termobilisasi, sehingga menyebabkan larutan karagenan bersifat kental.
Adanya garam-garam yang terlarut dalam karagenan akan menurunkan muatan bersih sepanjang rantai polimer. Penurunan muatan ini menyebabkan penurunan gaya tolakan (repulsion) antar gugus-gugus sulfat, sehingga sifat hidrofilik polimer semakin lemah dan menyebabkan viskositas larutan menurun. Viskositas larutan karagenan akan menurun seiring dengan peningkatan suhu sehingga terjadi depolimerisasi yang kemudian dilanjutkan dengan degradasi karagenan.
PEMBUATAN KARAGENAN
Rumput laut (Euchema cottoni) direndam dalam air tawar selama 12 – 24 jam, kemudian dibilas dan ditiriskan .Rumput laut (Euchema cottoni) direndam kembali dalam air kapur selama ± 2 – 3 jam. Rumput laut (Euchema cottoni) dicuci kembali dan dibilas menggunakan air sampai bersih. Euchema cottoni dikeringkan dalam oven suhu 80oC selama 4 jam. Euchema cottoni diblender menjadi butiran kecil dan dilakukan pengayakan. Euchema cottoni yang diekstraksi lolos saringan 90 mesh. Timbang Euchema cottoni 200 gr, masukkan dalam ekstraktor, Mengekstraksi pada suhu 90 – 95 oC menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu selama 2 jam. dengan perbandingan pelarut dan bahan baku 20 ml : 1 gr. Hasilnya disaring dan filtratnya ditambahkan HCl hingga pH-nya netral (pH 7). Proses pemutihan (bleaching) bila diperlukan. Filtrat yang pH-nya sudah netral ditambahkan pengendap dengan perbandingan tertentu dan diaduk-aduk kemudian dibiarkan selama 15 menit. Endapan disaring kemudian dikeringkan, lalu hasilnya ditimbang (Kusuma 2011)
Pengolahan secara tradisional:
Pengolahan karagenan masih jarang dilakukan karena belum banyak dikenal nelayan. Pada dasarnya proses ini hampir sama dengan pengolahan agar-agar, yaitu pada waktu ekstraksi bahan yang digunakan bukan jenis asam tetapi jenis basa.
Proses (Kusuma, 2011) :
  1. Rumput laut direndam dalam air tawar selama 12-24 jam, kemudian dibilas dan  ditiriskan.
  2. Setelah bersih rumput laut direbus dalam air dengan perbandingan rumput laut dengan air sebesan 1:15, pada suhu 120 oC selama 15 menit. Perebusan memakai pemasak bertekanan (pressure cooker). Selanjutnya dilakukan perebusan ulang tanpa tekanan pada suhu 100°C selama 2-3 jam.
  3. Rumput laut yang lunak dihancurkan dengan blender dan ditambahkan air panas (90 oC). Perbandingannya 1:30. Hasilnya disaring dengan kain kasa halus.
  4. Filtrat diendapkan dengan menambahkan metil alkohol dengan perbandingan 2,5:1, bisa juga dengan menambahkan alkohol 90%, atau membekukannya pada suhu 10 oC – 6°C selama 24-48 jam.
  5. Endapan bercampur alkohol disaring dengan kain kasa. Hasil saringan ini berupa karagenan basah. Filtrat yang beku dicairkan dahulu untuk selanjutnya disaring lagi. Karagenan basah dikeringkan selama 3-4 hari.



BAB IV
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Karagenan adalah senyawa yang diekstraksi dari rumput laut dari Famili Rhodophyceae seperti Euchema spinosum dan Euchema cottonii yang terdiri dari rantai poliglikan bersulfat dengan massa molekuler (Mr) kurang lebih di atas 100.000 serta bersifat hidrokoloid .
Karagenan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida galaktosa hasil ekstraksi dari rumput laut. Karagenan mengandung natrium, magnesium, dan kalsium yang dapat terikat pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa. Karagenan mempunyai tiga macam, yaitu Iota karagenan, Kappa karagenan , dan  Lambda karagenan.
Karagenan dapat diekstraksi dari protein dan lignin rumput laut dan dapat digunakan dalam industri pangan karena karakteristiknya yang dapat berbentuk geli, bersifat mengentalkan, dan menstabilkan material utamanya. Karagenan sendiri tidak dapat dimakan oleh manusia dan tidak memiliki nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, karagenan hanya digunakan dalam industri pangan karena fungsi karakteristiknya yang dapat digunakan untuk mengendalikan kandungan air dalam bahan pangan utamanya, mengendalikan tekstur, dan menstabilkan makanan.
Umumnya prosedur isolasi terdiri atas tiga tahapan kerja yaitu; ekstraksi, penyaringan, dan pengendapan. Pada tahapan ekstraksi, kecepatan dan daya larut karagenan dalam air dipengaruhi oleh temperatur dan waktu proses bergabungnya seluruh fraksi karagenan dari rumput laut dengan fraksi air yang digunakan sebagai media pelarut
B.   SARAN
...
DAFTAR PUSTAKA
________. 2011. Karagenan, Contoh Aplikasi Karbohidrat dalam Bidang Pangan. http://donieitp47.wordpress.com/2011/11/02/karagenan-contoh-aplikasi-krbohidrat-dalam-bidang-pangan/
Kusuma H S. 2011. Makalah Karagenan. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia; Bandung

Suherman Ade. 2012. Penggunaan Karagenan Sebagai Penstabil Terhadap Kondisi Fisik Dan Pengaruh Cita Rasa Pada Es Krim. Fakultas MIPA, IPB; Bogor. http://adesuherman09.student.ipb.ac.id/2012/03/18/penggunaan-karagenan-sebagai-penstabil-terhadap-kondisi-fisik-dan-pengaruh-cita-rasa-pada-es-krim/