“Memorial Building Ambon”
Dibangun
untuk memperingati 289 tentara dan 171 penerbang kesatuan Australia yang gugur
di Maluku, Sulawesi dan kepulauan sekitarnya saat Perang Dunia (PD) II tahun
1941-1945, dan belum diketahui serta ditemukan jenasahnya hingga saat ini.
Nama-nama
mereka terpampang pada sisi kiri-kanan dinding bangunan “Memorial Building
Ambon” itu, lengkap dengan pangkat, tanggal lahir dan umurnya yang gugur dalam
PD II. Sedikitnya 694 orang tentara Australia dari total 1.131 orang tentara
yang berasal dari batalyon 2/21 Australia Gull Force, gugur saat berperang
melawan tentara Jepang pada tahun 1941 di Ambon, dan dimakamkan di Taman
Persemakmuran Tantui, sedangkan yang bisa selamat dan kembali ke negaranya
sebanya 232 orang.
Lokasi
Taman Persemakmuran “War Cemetery” di kawasan Tantui saat Perang Dunia II,
merupakan lokasi kamp tahanan tentara negara-negara persemakmuran oleh tentara
Jepang.
Peringatan
pembebasan tentara Australia dilakukan setiap tanggal 10 September yang
bertepatan dengan tanggal pembebesan tentara yang disandera Jepang pada tahun
1945.
Saat
1.131 personil Gull Force mendarat di Ambon pada bulan Desember 1941, lokasi
Taman Makam Australia merupakan camp militer mereka. Namun kemudian camp
tersebut justru menjadi lokasi tawanan mereka oleh Jepang.
Saat
Jepang mendarat tahun 1942, pasukan Gull Force terpukul mundur karena kekuatan
yang tidak sebanding. Gull Force hanya satu batalyon sedangkan pasukan Jepang
yang datang 30 batalyon. Pasukan Gull Force memilih mundur dan membangun kubu
pertahan di Dusun Erie, Kecamatan Nusaniwe. Mereka mengira pasukan Jepang akan
masuk dari arah Tanjung Allang, sehingga mereka mempersiapkan pergempuran
tentara Jepang dari laut. Tetapi perkiraan tentara Australia ini meleset,
tentara Jepang tidak masuk melalui Tanjung Allang, tetapi dari arah jazirah
Leitimur Pulau Ambon. Jepang melabuhkan kapal-kapal perang mereka di pantai
Hutumuri dan Hukurila, kemudian masuk kekota melalui desa-desa di pegunungan.
Gull
Force akhirnya menyerah, tetapi terlebih dulu menyembunyikan separuh
persenjataan mereka di kawasan Gunung Nona yang menjadi kubu pertahanan
terakhir Gull Force. Mereka ditawan oleh Jepang dibekas barak mereka di Tantui.
Banyak tentara Australia yang meninggal saat dalam tawanan Jepang, karena
kelaparan dan dieksekusi mati. Menurut cerita, saat ditawan tentara-tentara
Australia ini sering diberikan makanan secara diam-diam oleh penduduk sekitar
kamp tahanan. Banyak juga tentara Australia yang melarikan diri dari kamp
tahanan.
Saat
Perang Dunia II berakhir, pasukan Gull Force yang tersisa di kamp hanya 200
orang lebih. Pemerintah Australia mengirimkan
kapal perang untuk membawa sisa pasukan mereka pulang ke negara Kangguru
itu. Sedikitnya 694 Tentara Gull Force yang meninggal di aqmbon dimakamkan di
taman makam ini.
Berbagai
cerita dan kesan akan kebaikan orang Ambon memang selalu menghiasi lubuk hati
para veteran maupun keluarganya. Saat ini memang makam perang yang dibangun
oleh Commonwealth War Grayes Commision ini, terdapat sedikitnya 2,137 kuburan
yang terdiri dari 1.092 tentara Australia, 810 tentara Inggris, 30 tentara
India, 2 tentara Canada, 1 tentara Selandia Baru, 1 tentara asal Afrika
Selatan, 186 tentara Belanda, dan 15 warga sekutu lainnya. Mereka terdiri dari
Angkata Laut 210 prajurit, Angkatan Darat 1.229 prajurit, Angkatan Udara 694
tentara dan 1 awak kapal dagang. Beberapa tahun lalu penghuni taman makam ini
bertambah 9 kuburan. Sembilan tentara dari negara persemakmuran yang tewas saat
helikopter mereka jatuh di Pulau Buru pada Perang Dunia II, ditemukan dan
tulang-tulang mereka dimakamkan di Tantui.
Di
bagian depan taman terdapat “Memorial Building Ambon”. Tugu ini dibangun untuk
memperingati 289 tentara dan 171 penerbang kesatuan Australia yang gugur di
Maluku, Sulawesi, dan kepulauan sekitarnnya yang tidak diketahui dan ditemukan
jenazahnya saat Perang Dunia II tahun 1941-1945. Nama-nama mereka terpampanh
pada dua dinging bangunan ini.
Nisan-nisan
tentara yang gugur semunya terbuat dari perunggu dan terawat rapi. Di tiap
nisan, terpahat lambang kesatuan, nomor prajurit, nama prajurit, umur, tanggal
wafat, dan pesan dari orang-orang terkasih mereka, entah itu orang tua, istri,
anak, maupun sahabat. Ada juga ratusan kuburan yang jenazahnya tidak dikenal.
Di atas nisan yang tidak bisa dikenali ini hanya bertuliskan asal dan lambang
kesatuan serta tulisan “Known unto God – Hanya Tuhan yang tahu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar