Selasa, 10 September 2013

Memorial Building Ambon

“Memorial Building Ambon”

                Dibangun untuk memperingati 289 tentara dan 171 penerbang kesatuan Australia yang gugur di Maluku, Sulawesi dan kepulauan sekitarnya saat Perang Dunia (PD) II tahun 1941-1945, dan belum diketahui serta ditemukan jenasahnya hingga saat ini.
                Nama-nama mereka terpampang pada sisi kiri-kanan dinding bangunan “Memorial Building Ambon” itu, lengkap dengan pangkat, tanggal lahir dan umurnya yang gugur dalam PD II. Sedikitnya 694 orang tentara Australia dari total 1.131 orang tentara yang berasal dari batalyon 2/21 Australia Gull Force, gugur saat berperang melawan tentara Jepang pada tahun 1941 di Ambon, dan dimakamkan di Taman Persemakmuran Tantui, sedangkan yang bisa selamat dan kembali ke negaranya sebanya 232 orang.
                Lokasi Taman Persemakmuran “War Cemetery” di kawasan Tantui saat Perang Dunia II, merupakan lokasi kamp tahanan tentara negara-negara persemakmuran oleh tentara Jepang.
                Peringatan pembebasan tentara Australia dilakukan setiap tanggal 10 September yang bertepatan dengan tanggal pembebesan tentara yang disandera Jepang pada tahun 1945.
                Saat 1.131 personil Gull Force mendarat di Ambon pada bulan Desember 1941, lokasi Taman Makam Australia merupakan camp militer mereka. Namun kemudian camp tersebut justru menjadi lokasi tawanan mereka oleh Jepang.
                Saat Jepang mendarat tahun 1942, pasukan Gull Force terpukul mundur karena kekuatan yang tidak sebanding. Gull Force hanya satu batalyon sedangkan pasukan Jepang yang datang 30 batalyon. Pasukan Gull Force memilih mundur dan membangun kubu pertahan di Dusun Erie, Kecamatan Nusaniwe. Mereka mengira pasukan Jepang akan masuk dari arah Tanjung Allang, sehingga mereka mempersiapkan pergempuran tentara Jepang dari laut. Tetapi perkiraan tentara Australia ini meleset, tentara Jepang tidak masuk melalui Tanjung Allang, tetapi dari arah jazirah Leitimur Pulau Ambon. Jepang melabuhkan kapal-kapal perang mereka di pantai Hutumuri dan Hukurila, kemudian masuk kekota melalui desa-desa di pegunungan.
                Gull Force akhirnya menyerah, tetapi terlebih dulu menyembunyikan separuh persenjataan mereka di kawasan Gunung Nona yang menjadi kubu pertahanan terakhir Gull Force. Mereka ditawan oleh Jepang dibekas barak mereka di Tantui. Banyak tentara Australia yang meninggal saat dalam tawanan Jepang, karena kelaparan dan dieksekusi mati. Menurut cerita, saat ditawan tentara-tentara Australia ini sering diberikan makanan secara diam-diam oleh penduduk sekitar kamp tahanan. Banyak juga tentara Australia yang melarikan diri dari kamp tahanan.
                Saat Perang Dunia II berakhir, pasukan Gull Force yang tersisa di kamp hanya 200 orang lebih. Pemerintah Australia mengirimkan  kapal perang untuk membawa sisa pasukan mereka pulang ke negara Kangguru itu. Sedikitnya 694 Tentara Gull Force yang meninggal di aqmbon dimakamkan di taman makam ini.
                Berbagai cerita dan kesan akan kebaikan orang Ambon memang selalu menghiasi lubuk hati para veteran maupun keluarganya. Saat ini memang makam perang yang dibangun oleh Commonwealth War Grayes Commision ini, terdapat sedikitnya 2,137 kuburan yang terdiri dari 1.092 tentara Australia, 810 tentara Inggris, 30 tentara India, 2 tentara Canada, 1 tentara Selandia Baru, 1 tentara asal Afrika Selatan, 186 tentara Belanda, dan 15 warga sekutu lainnya. Mereka terdiri dari Angkata Laut 210 prajurit, Angkatan Darat 1.229 prajurit, Angkatan Udara 694 tentara dan 1 awak kapal dagang. Beberapa tahun lalu penghuni taman makam ini bertambah 9 kuburan. Sembilan tentara dari negara persemakmuran yang tewas saat helikopter mereka jatuh di Pulau Buru pada Perang Dunia II, ditemukan dan tulang-tulang mereka dimakamkan di Tantui.
                Di bagian depan taman terdapat “Memorial Building Ambon”. Tugu ini dibangun untuk memperingati 289 tentara dan 171 penerbang kesatuan Australia yang gugur di Maluku, Sulawesi, dan kepulauan sekitarnnya yang tidak diketahui dan ditemukan jenazahnya saat Perang Dunia II tahun 1941-1945. Nama-nama mereka terpampanh pada dua dinging bangunan ini.
                Nisan-nisan tentara yang gugur semunya terbuat dari perunggu dan terawat rapi. Di tiap nisan, terpahat lambang kesatuan, nomor prajurit, nama prajurit, umur, tanggal wafat, dan pesan dari orang-orang terkasih mereka, entah itu orang tua, istri, anak, maupun sahabat. Ada juga ratusan kuburan yang jenazahnya tidak dikenal. Di atas nisan yang tidak bisa dikenali ini hanya bertuliskan asal dan lambang kesatuan serta tulisan “Known unto God – Hanya Tuhan yang tahu”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar