TUGAS GIZI IKANI
“PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP NILAI GIZI”
OLEH :
CHENDRYANA R HULISELAN
2010-67-003
THP
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
PATTIMURA
AMBON
2013
PENDAHULUAN
Pangan
merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pengolahan bahan makanan memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi
masyarakat, maka tidak mengherankan jika banyak orang selalu berusaha untuk
menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan
melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan
perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Pengolahan pangan perlu dilakukan
untuk mendapatkan bahan pangan yang aman untuk dimakan sehingga nilai gizi yang
dikandung bahan pangan tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal dan agara
bahan pangan tersebut dapat diterima secara sensori yang meliputi kenampakan,
aroma, rasa, tekstur dan lain-lain.
Selain
pengaruh baik seperti diatas, pengolahan terhadap bahan pangan pun dapat
menimbulkan hal yang tidak mengutungkan, seperti senyawa toksik sehingga produk
kurang aman, kehilangan zat-zat gizi dan perubahan sifat sensori ke arah yangt
kurang disukai. Dengan demikian diuayakan suatu usaha agar dalam suatu
pengolahan, hal-hal yang dinginkan tercapai dan yang tidak diinginkan
diminimalisasi. Problematika mendasar pengolahan makanan yang
dilakukan masyarakat lebih disebabkan budaya pengelohan pangan yang kurang
berorientasi terhadap nilai gizi, serta keterbatasan pengetahuan sekaligus
desakan ekonomi sehingga masalah pemenuhan dan pengolahan bahan pangan
terabaikan. Untuk hal
inilah pentingnya pengetahuan akan pengaruh pengolahan terhadap nilai gizi.
Berbicara
tentang pengolahan berarti berbicara tentang suatu proses yang terlibat dari
mulai penanganan bahan pangan setelah bahan pangan tersebut dipanen (nabati)
atau disembelih (hewani) atau ditangkap (ikan) sampai kepada usaha-usaha
pengawetan dan pengolahan bahan pangan menjadi produk jadi serta
penyimpanannya. Disamping itu, dimaksudkan pula pengolahan yang biasa dilakukan
oleh ibu-ibu di dapur dalam menyiapkan masakan yang siap untuk dihidangkan. Pemahaman yang benar
dalam pengolahan makanan sangat dibutuhkan oleh ibu-ibu agar makanan yang
disiapkannya aman dikonsumsi dan tidak banyak berkurang gizinya.
TUJUAN
Untuk
mengetahui pengaruh perlakuan beberapa pengolahan terhadap ketersediaan zat
gizi : protein, lemak, dan karbohidrat.
PENGARUH
PENGOLAHAN TERHADAP NILAI GIZI
v Tujuan Pengolahan Bahan Pangan :
1.
Untuk
pengawetan (pengeringan,pembekuan, pengalengan dll.)
2.
Membuat
produk yg disukai (roti, kue, keju, sirup dll.)
3.
Membuat bhn
pangan dpt segera disajikan (pengupasan, penyisiran, pemanasan dll.)
4.
Keamanan
pangan (membunuh mikrobia patogen, menghilangkan antigizi dan racun)
Kondisi
Pengolahan (pH, Oksigen, Panas, Cahaya) Berpengaruh terhadap nilai gizi bahan
pangan, aktivitas mikrobia dan enzim.
Efek Pengolahan berbeda-beda tergantung dari :
Ø Jenis bahan pangan
Ø Tipe pengolahan
Ø Kondisi proses
Usaha memperkecil kehilangan gizi karena
pengolahan :
•
Menghentikan
proses pada saat hanya untuk menginaktifkan enzim dan
mikrobia patogen/pembusuk
•
Penggunaan
panas yg tidak terlalu tinggi à pasteurisasi
•
Kombinasi
sistem pengolahan, misal pemanasan + zat additive
•
Penggunaan
pH rendah
•
Nutrifikasi/fortifikasi
(penambahan zat gizi dari luar)
Sedangkan proses yang penting dalam
pengolahan adalah :
o perebusan,
o pengukusan,
o pengovenan,
o penggorengan,
o pembakaran,
o pengalengan dan
o dehidrasi.
o pemasakan
Pemasakan merupakan proses pengolahan dengan panas yang paling sederhana dan mudah dilakukan. Tujuan Pemasakan pada umumnya adalah agar memperoleh makanan yang lebih lezat dan memperpanjang daya simpan.
Pemasakan ada 2 macam :
- Panas basah : perebusan dan pengukusan
- Panas kering: pemanggangan,pengeringan, pengovenan dan penyangraian
Selama pemasakan terjadi perubahan zat gizi yang berpengaruh
terhadap nilai gizi.
Perubahan yg terjadi
terhadap zat gizi à Nilai Gizi
Ø Protein :
± Protein di panaskan à denaturasi à daya cerna naik
± Protein pada suhu tinggi à rusak à daya cerna turun
Ø Karbohidrat :
± KH dengan air + panas à tergelatinisasi à daya cerna naik
± Gula pd suhu tinggi à karamelisasi à daya cerna turun
Ø Lemak :
± lemak dipanaskan à mencair
± lemak pada suhu tinggi à teroksidasi, polimerisasi à daya cerna turun
Ø Vitamin :
± Vitamin pada suhu tinggi à sebagian rusak
± pemanasan juga akan membebaskan vitamin
dari ikatan senyawa lain à ketersediaan meningkat
Ø Mineral :
± pemanasan juga akan membebaskan mineral dari
ikatan senyawa lain à ketersediaan meningkat
Ø Zat anti Gizi
± Sebagian zat anti gizi dengan panas à rusak à pencernaan/penyerapan meningkat
PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP PROTEIN
Pemanasan protein dapat menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi baik yang
diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Reaksi-reaksi tersebut diantaranya
denaturasi, kehilangan aktivitas enzim, perubahan kelarutan dan hidrasi,
perubahan warna, derivatisasi residu asam amino, cross-linking, pemutusan
ikatan peptida, dan pembentukan senyawa yang secara sensori aktif. Reaksi ini
dipengaruhi oleh suhu dan lama pemanasan, pH, adanya oksidator, antioksidan,
radikal, dan senyawa aktif lainnya khususnya senyawa karbonil.
Kebanyakan protein pangan
terdenaturasi jika dipanaskan pada suhu moderat (60-90°C) selama satu jam
kurang. Denaturasi adalah perubahan struktur protein dimana pada keadaan
terdenaturasi penuh, hanya struktur primer protein saja yang tersisa, protein
tidak lagi memiliki struktur sekunder, tersier dan quarterner. Akan tetapi,
belum terjadi pemutusan ikatan peptida pada kondisi terdenaturasi penuh ini.
Denaturasi protein yang berlebihan dapat menyebabkan insolubilisasi yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat fungsional protein yang tergantung pada kelarutannya.
Dari segi gizi, denaturasi parsial protein sering meningkatkan daya cerna
dan ketersediaan biologisnya. Pemanasan yang moderat dengan demikian dapat
meningkatkan daya cerna protein tanpa menghasilkan senyawa toksik.
Disampingitu, dengan pemanasan yang moderat dapat menginaktivasi beberapa enzim
seperti protease, lipase, lipoksigenase, amilase, polifenoloksidase dan enzim
oksidatif dan hidrolotik lainnya. Jika gagal menginaktivasi enzim-enzim ini
maka akan mengakibatkan off-flavour, ketengikan, perubahan tekstur, dan
perubahan warna bahan pangan selama penyimpanan.
Ø Protein komponen yang sangat reaktif, asam amino dapat bereaksi
dengan :
o gula pereduksi
o polifenol
o lemak dan hasil oksidasinya
o bahan alkali
o SO2
o hidrogen peroksida
Ø Asam amino yang paling reaktif :
o lisin
o triptofan
o metionin dan
o sistein
Protein/asam amino selama pengolahan akan membentuk kompleks kovalen atau
teroksidasi à perubahan nilai gizi à daya cerna turun
Ø Reaksi-reaksi yg
terjadi :
- Reaksi Maillard
•
Reaksi
antara protein/asam amino dg gula pereduksi
•
Gugus amin
(R-NH2) dengan gugus karbonil (-C=O)
•
Terjadi pewarnaan coklat (browning)
Contoh :
o pada pembakaran roti
o pemanasan daging + bahan nabati
o pemanasan susu
o produksi breakfast cereals
Reaksi
Maillard sangat kompleks à dibagi 2 :
1.
Reaksi Maillard awal
Reaksi kondensasi antara grup
karbonil gula pereduksi dengan grup amino
bebas protein à basa Schiff ( gula
aldosa à ketosa) à produk
Amadori (turunan deoksiketosil) warna belum berubah à unavailable
H H H
(H-C-OH)4 (H-C-OH)4 (H-C-OH)4
H-C=O H-C-OH C=O
+ C-H H-C-H
NH2 N N-H
Protein (Lisin) Protein (Basa Schiff) Protein
Akibat reaksi maillard lisin atau asam amino
lainnya akan rusak à penurunan ketersediaan asam amino à daya cerna protein turun
2.
Reaksi Maillard Lanjutan
Pembentukan deoksiketosil à Melanoidin
(pigmen berwarna coklat) diduga terdapat 3 jalur reaksi :
1)
Pemecahan
senyawa antara metil dikarbonil (dari degradasi gula) à aldehid, dikarbonil redukton dan senyawa flavor
(asetaldehid, piruvat dehid, diasetil dan asam asetat)
2)
Dehidrasi
3-deoksiheksason à hidroksimetil furaldehid à reaksi kompleks dan N heterosiklis (pirazin,
pirol) à flavor terpanggang (roasted, bready,mitty)
3)
Degradasi
Strecker, degradasi asam amino bebas oleh senyawa dikarbonil (terbentuk pada reaksi 1) à aldehid strecker à Melanoidin
b.
Reaksi Resemisasi Asam amino
Terjadi karena perlakuan alkali juga dapat terjadi pada suasana asam dan proses penyangraian (roasting)
Asam amino bentuk L akan
berubah menjadi bentuk D yang tidak dapat digunakan oleh tubuh à daya cerna tubuh
COOH COOH
H2N - C - H H - C – NH2
R R
Asam amino L Asam amino D
Rasemisasi residu asam amino dapat mengakibatkan penurunan daya cerna
protein karena kurang mampu dicerna oleh tubuh. Kerugian akan semakin besar
apabila yang terasemisasi adalah asam amino esensial.
c.
Interaksi Protein dengan Polifenol
Asam fenolat, flavonoid dan
tanin dengan adanya oksigen suasana alkalis atau adanya enzim polifenolase à ter-oksidasi à membentuk senyawa ortokuinon yg reaktif dg protein à senyawa kompleks protein-polifenol yang :
-
mengikut
sertakan lisin à ketersediaan lisin turun
-
sulit
dicerna enzim protease à nilai gizi protein turun
d.
Pembentukan Lisinolalanin ada 2 reaksi yaitu :
1)
Reaksi
beta-eliminasi
2)
Reaksi
Substitusi
LAL terbentuk pada pH 9 dan meningkat dengan semakin tingginya pH. Jumlah LAL tergantung dari konsentrasi lisin dan jumlah residu Sistein dan serin dlm protein juga jaraknya dlm rantai protein.
Usaha untk mengurangi
terbentuknya LAL :
•
Penurunan pH
dan suhu à sifat fungsional yg kurang
dikehendaki
•
Menutupi
grup epsilon-amino lisin dengan bahan pengasilasi (acylating agents)
atau gula
•
Oksidasi
sistein à asam sistein sulfonat
LAL selain dapat menurunkan nilai gizi juga bersifat toksik :
•
Tikus yang diberi ransum protein kedelai yang diberi perlakuan alkali à kerusakan ginjal (nephrocytomegaly)
•
Walau belum
ada pembatasan LAL tetapi perlu hati2 terutama pada makanan bayi/balita à susu formula seminimal mungkin terbentuk LAL pada proses sterilisasi
e.
Interakasi Protein dan Lipid Teroksidasi
Oksidasi lipid berlangsung 3
tahap :
1. Pembentukan produk primer
(lipid hidroperoksida)
2. degradasi hidroperoksida à produk sekunder : radikal bebas (aldehid,
hidrokarbon dll.)
3. Polimerisasi produk primer
dan sekunder à produk yg stabil
-
Lipid
teroksidasi dapat bereaksi dengan protein à terbentuk ikatan menyilang (cross linkage)
dalam rantai protein à protein modifikasi yang tahan terhadap enzim proteolitik
-
Interaksi
protein dengan lipid teroksidasi à nilai gizi turun
Kehilangan Asam Amino Akibat Proses
Pengolahan
1.
Kehilangan Secara Individual
- Lisin
Ø Group epsilon asam amino lisin mudah bereaksi
dengan aldehid/gula pereduksi à membentuk basa Schiff à senyawa Amadori à reaksi .Maillard lanjut à senyawa Melanoidin
Ø Pembentukan polimer (ikatan menyilang dlm rantai
protein) à lisin rusak
Ø Bereaksi dengan lipid teroksidasi
b.
Metionin
Ø Metionin mudah teroksidasi à metionin sulfoksida pada oksidasi lipid
Ø Metionin sulfoksida dapat direduksi kembali menjadi metionin dalam hati tikus
c.
Sistin dan Sistein
Ø Mudah teroksidasi
Ø Sistin monooksida/dioksidaà beta eliminasià dehidro alanin hasil antara pembentukan Lisinilalanin (LAL)
d.
Triptofan
Ø Oksidasi triptofan à N-formil-kinurenin, kinurenin dan 2 stereoisomer dari dioksindol-3-alanin
Ø Triptofan dengan aldhid hasil oksidasi lemak à reaksi Maillard lanjut
Ø Triptofan juga dapat bereaksi formaldehid
Kehilangan asam amino secara Relatif
Ø Kehilangan lisin dan metionin à daya cerna juga turun à yang paling penting dlm hal gizi
Ø Pada bahan makanan olahan selama penyimpanan à kehilangan asam amino dan daya cerna turun
Ø Produk-produk
yang terbentuk membentuk protein modifikasi
yang sulit dicerna oleh enzim proteolitik.
Ø Disamping itu,
asam amino triptofan dan asam amino lain yang mengandung sulfur juga dapat
rusak teroksidasi oleh adanya radikal bebas dan hidroperoksida.
EFEK PENGOLAHAN TERHADAP KARBOHIDRAT
Ditinjau dari
nilai gizinya, karbohidrat dalam bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
i.
karbohidrat yang dapat
dicerna : monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa dsb); disakarida (sukrosa,
maltosa, laktosa) serta pati
ii.
karbohidrat yang tidak dapat
dicerna : oligosakarida penyebab flatulensi (stakiosa, rafinosa dan verbaskosa) Serat
pangan (dietary fiber) yang terdiri dari selulosa, pektin, hemiselulosa,
gum dan lignin.
Berdasarkan kelarutannya, serat pangan ada 2 :
1.
Serat larut air (soluble
dietary fiber) : Pektin, gum, musilase, agar, karagenan dan beberapa
hemilselulosa
2.
Serat tidak larut air (insoluble
dietary fiber) : selulose,lignin
Pengaruh
pemasakan dan pemanggangan terhadap karbohidrat
¨ Terjadinya gelatinisasi
pati à akan meningkatkan nilai cernanya.
¨ Terjadinya reaksi
Maillard à karbohidrat sederhana dan kompleks dapat menurunkan
ketersediaan dalam produk-produk hasil
pemanggangan
Proses ekstrusi HTST (high temperature, short
time)
¢ Mempengaruhi
struktur fisik granula pati metah, membuatnya kurang kristalin, lebih larut air
dan mudah terhidrolisis oleh enzim.
¢ Suatu
penelitian telah dilakukan untuk mengukur hidrolisis tepung dan pati gandum secara in vitro menggunakan alfa-amilase saliva dan secara in
vivo dengan mengukur tingkat glukosa plasma dan insulin
tikus percobaan
à Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa proses ekstrusi membuat pati lebih peka
terhadap alfa-amilase bila dibandingkan dengan perebusan
¢ Kondisi
ekstrusi yang ekstrim meningkatkan kadar gula dan insulin dalam plasma lebih
cepat dibandingkan dengan proses perebusan.
Selama proses
ekstrusi, beberapa hasil hidrolisis pati dihasilkan : Adanya mono- dan oligosakarida, seperti glukosa,
fruktosa, melibiosa, maltosa dan maltriosa membuktikan bahwa polisakarida
didegradasi selama proses ekstrusi
Juga rantai
makromolekul terpecah menjadi dua molekul tersebut, amiloda dan amilopektin,
yang diindikasikan dari viskositas, permeasi gel-kromatografi dan berat molekul rata-ratanya
Selama proses
ektrusi juga terjadi pembentukan senyawa kompleks antara amilosa dengan
lipida à sehingga
menurunkan daya cerna pati yang banyak
mengandung amilosa secara in vitro.
Dalam bahan
pangan keberadaan karbohidrat kadang kala tidak sendiri melainkan berdampingan
dengan zat gizi yang lain seperti protein dan lemak. Interaksi antara
karbohidrat (gula) dengan protein telah dibahas, seperti tersebut diatas. Bahan
pangan yang dominan kandungan karbohidratnya seperti singkong, ubi jalar, gula
pasir, dll. Dalam pengolahan yang melibatkan pemanasan yang tinggi karbohidrat
terutama gula akan mengalami karamelisasi (pencoklatan non enzimatis). Warna
karamel ini kadang-kadang justru dikehendaki, tetapi jika dikehendaki
karamelisasi yang berlebihan sebaliknya tidak diharapkan .
Faktor
pengolahan juga sangat berpengaruh terhadap kandungan karbohidrat, terutama
seratnya. Beras giling sudah barang tentu memiliki kadar serat makanan dan
vitamin B1 (thiamin) yang lebih rendah dibandingkan dengan beras tumbuk.
Demikian juga pencucian beras yang dilakukan berulang-ulang sebelum dimasak,
akan sangat berperan dalam menurunkan kadar serat. Pengolahan buah menjadi sari
buah juga akan menurunkan kadar serat, karena banyak serat akan terpisah pada
saat proses penyaringan.
EFEK PENGOLAHAN TERHADAP LEMAK
v Penggorengan :
Terjadi perubahan sifat fisik kimia pada bahan
dan minyak goreng. Suhu
penggorengan terlalu tinggi dari suhu normal (168 – 169 °C) terjadi :
•
Degradasi
minyak cepat terjadi dan terbentuk akrolein yang terasa gatal di tenggorokan
•
Ikatan
rangkap teroksidasi à asam lemak bebas yang berbau tengik
Asam lemak
esensial terisomerisasi ketika dipanaskan dalam larutan alkali dan sensitif
terhadap sinar, suhu dan oksigen. Proses oksidasi
lemak dapat menyebabkan inaktivasi fungsi biologisnya dan bahkan dapat bersifat
toksik. Suatu penelitian telah membuktikan bahwa produk volatil hasil oksidasi
asam lemak babi bersifat toksik terhadap tikus percobaan. Kecepatan oksidasi berbanding lurus dengan tingkat ketidakjenuhan asam lemak, makin tidak jenuh à mudah teroksidasi misal :
-
asam
linolenat (3 ikatan rangkap) lebih mudah teroksidasi dari pada asam linoleat (2 iktan
rangkap) dan asam oleat (1 ikatan rangkap)
-
Minyak
kedelai (tinggi asam linolenat) à kurang baik sebagai minyak goreng à mudah teroksidasi, mudah tengik baik bagi kesehatan karena kolesterol darah tidak naik
-
Minyak
jagung lebih baik untuk minyak goreng karena asam linolenatnya lebih rendah dan aman bagi
kesehatan
Antioksidan misal vitamin E (tokoferol) dpt
mengurangi kecepatan proses oksidasi, vitamin E banyak terdapat pada lemak nabati. Adanya logam
berat (Cu, Fe, Co dan Mn) à mempercepat oksidasi lemak.
Reaksi degradasi selama penggorengan à reaksi penguraian asam lemak, produk yang
terbentuk :
•
Tidak
menguap : terdapat pada minyak dan bahan yang digoreng
•
Yang menguap : keluar bersama asap
Hasil yang tidak menguap disebabkan dari asam lemak tidak jenuh yang terdapat pada minyak goreng dengan reaksi :
·
Reaksi
autooksidasi
1.
inisiasi
2.
Propagasi
3.
terminasi
·
Polimerisasi
termal dan
·
Oksidasi
termal
Oksidasi dari hidroperoksida lebih lanjut menghasilkan :
•
Alkoho,
aldehid, asam dan hidrokarbon
•
Perubahan
warna minyak goreng lebih gelap
•
Perubahan
flavor
•
Pembentukan
radikal bebas à toksik bagi tubuh
•
Viskositas
meningkat
•
Terbentuk
fraksi NUAF (nonurea aduct forming) à derivat asam lemak yang tidak membentuk kompleks dengan urea à toksik
Pada proses pemanggangan yang ekstrim, asam linoleat dan kemungkinan juga
asam lemak yang lain akan dikonversi menjadi hidroperoksida yang tidak stabil
oleh adanya aktivitas enzim lipoksigenase àPerubahan
tersebut akan berpengaruh pada nilai gizi lemak dan vitamin (oksidasi vitamin
larut lemak).
Pemasakan yang
biasa dilakukan pada rumah tangga sedikit sekali berpengaruh terhadap kandungan
lemak, tetapi pemanasan dalam waktu lama seperti penggorengan untuk beberapa
kali, maka asam lemak esensial akan rusak dan terbentuk produk polimerisasi
yang beracun. Lemak yang dipanaskan berulangkali dapat menurunkan pertumbuhan
pada tikus percobaan.
Dengan proses
pemanasan, makanan akan menjadi lebih awet, tekstur, aroma dan rasa lebih baik
serta daya cerna meningkat.salah satu komponen gizi yang dipengaruhi oleh prose
pemanasan adalah lemak. Akibat pemanasan daging maka lemak dalam daging akan
mencair sehingga menambah palatabilitas daging tersebut.hal ini disebabkan oleh
pecahnya komponen-komponen lemak menjadi produksi volatil seperti aldehid,
keton, alkohol, asam, dan hidrokarbon yang sangat berpengaruh terhadap
pembentukan flavor.
PENGARUH PENGOLAHAN TERHADAP NILAI
GIZI VITAMIN
¢ Stabilitas vitamin dibawah berbagai
kondisi pengolahan relatif bervariasi
¢ Vitamin A akan stabil dalam kondisi
ruang hampa udara, namun akan cepat rusak ketika dipanaskan dengan adanya
oksigen, terutama pada suhu yg tinggi
¢ Vitamin
akan rusak seluruhnya apabila dioksidasi dan didehidrogenasi.
¢ Vitamin
juga akan lebih sensitif terhadap sinar ultra violet dibanding sinar lain
¢ Asam askorbat sedikit stabil dalam
larutan asam dan terdekomposisi oleh adanya cahaya. Proses dekomposisi sangat
diakselerasi oleh adanya alkali, oksigen, cu dan Fe
¢ Kelompok asam folat stabil dalam perebusan
pada pH 8 selama 30 menit, namun akan banyak hilang apabila diautoklaf dalam
larutan asam dan alkali. Destruksi asam folat diakselerasi oleh adanya oksigen
dan cahaya.
¢ Vitamin K bersifat stabil terhadap
panas dan senyawa pereduksi, namun sangatlabil terhadap alkohol, senyawa
pengoksidasi, asam kuat dan cahaya.
¢ Vitamin B12 (kobalamin) murni
bersifat stabil terhadap pemanasan dalam larutan netral. Vitamin ini akan rusak
ketika dipanaskan dalam larutan alkali atau asam
¢ Riboflavin
sangat sensitif terhadap sinar dan kecepatan destruksinya akan meningkat seiring dengan
meningkatnya pH dan temperatur
¢ Tiamin tampak tidak akan terdestruksi
ketika direbus dalam kondisi asam untuk beberapa jam, namun akan terjadi
kehilangan hingga 100% apabila direbus dalam kondisi pH 9 selam 20
menit
¢ Tokoferol bersifat stabil pada proses
perebusan asam tanpa adanya oksigen dan juga akan stabil terhadap sinat tampak
(visible light). Vitamin ini bersifat tidak stabil pada suhu kamar
dengan adanya oksigen, alkali, garam feri dan ketika terekspos pada sinar ultra
violet
¢ Kehilangan tokoferol terjadi ketika
terjadi oksidasi lemak dalam proses penggorengan terendam (deep-fat frying).
Hal ini terutama disebabkan karena terjadi destruksi tokoferol oleh derivat
asam lemak yang secara kimia aktif, yang terbentuk selama pemanasan dan oksidasi.
PENGARUH
PENGOLAHAN TERHADAP NILAI GIZI MINERAL
Pada umumnya garam-garam mineral
tidak terpengaruh secara sigifikan dengan perlakuan kimia dan fisik selama pengolahan.
Dengan adanya oksigen, beberapa mineral kemungkinan teroksidasi
menjadi mineral bervalensi lebih tinggi, namun tidak mempengaruhi nilai
gizinya.
Perlakuan panas mempengaruhi absorpsi atau
penggunaan beberapa mineral, terutama melalui pemecahan ikatan, yang membuat mineral-mineral
tersebut kurang dapat diabsorpsi
Fitat, fiber, protein dan mineral
merupakan komponen utama sebagai penyusun kompleks tersebut.
Beberapa mineral seperti zat besi,
kemungkinan akan teroksidasi (tereduksi) selama proses pemanggangan dan akan
mempengaruhi absorpsi dan nilai biologisnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dua senyawa besi yang digunakan dalam pengolahan krakers soda mempunyai nilai
biologis yang berbeda jauh
DAFTAR PUSTAKA
Hendrayana Taufik.
2010. Efek Pengolahan Terhadap Gizi Bahan Pangan. diakses dari http://www.x3-prima.com/2010/02/efek-pengolahan-terhadap-gizi-bahan.html
Anonymous. 2012. diakses dari http://aulia.allalla.com/1/2012/03/pengolahan-dan-pengawetan-bahan-makanan-serta-permasalahannya/
Dewanti Tri. 2013. Pengaruh Pengolahan Terhadap Zat Gizi.
THP-FTP-Universitas Brawijaya Malang. diakses
dari http://tridewanti.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/Pengaruh-pengol.-thd-gizi.ppt1_.ppt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar